Peluh gadis itu menderas. Derap kakinya tergesa menjejak tanah.
Dibalut ketegangan yang mencekam, gadis itu terus berlari. Entakan
langkah kaki terdengar semakin jelas di belakangnya. Memburu. Dengan
napas payah, ia mempercepat larinya.
Kenapa ia harus menjadi buron? Inikah akibat perbuatannya selama ini?
Karena mendua? Takut dan kebingungan menguasai gadis itu.
Bayangan-bayangan mengerikan berputar di rongga kepalanya.
Tiba-tiba ia terperosok ke dalam gorong-gorong setinggi betis. Penuh
lumpur hitam pekat berbau tajam. Inikah saatnya tamat? Ketika sedang
berusaha keluar dari sana, tangan-tangan pejal itu membungkam mulutnya.
Di tempat sesepi ini, tanpa seorang pun tahu. Hilang.
Buku ke-7 Dannie
faizal, bercerita tentang seorang remaja yang ingin punya karya besar
dan terus dikenang banyak orang, seperti The Beatles. Bukan di bidang
musik, melainkan Mograph (Motion Graphic). Tapi hidup kadang membawa
kita ke tikungan arus yang berbeda. Itulah yang dialami Irvine dalam
buku ini...
Novel ini berkisah tentang seorang remaja bernama Irvine Suherman yang
sedang mengejar mimpinya menjadi seorang motion graphic designer. Irvine, 20
tahun, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), bukan main girangnya
ketika dirinya mendapat panggilan magang di NewsTV, sebuah stasiun TV berita
nasional, sebagai news graphic designer. Ia merasa jalannya menjadi seorang
mograph terbentang luas di pelupuk matanya.
Konsentrasi
Irvine mulai terganggu dengan hadirnya Lusy, seorang mahasiswi DKV dari kampus
lain yang juga magang di News TV sebagai news graphic designer. Lusy lebih
cerdas, dan lebih teliti dibanding Irvine. Ditambah dengan pesona
kecantikkannya, tak heran jika para mentor staf news graphic lebih
memperhatikan Lusy ketimbang Irvine.
Alih-alih membuat
semangat Irvine terlecut, kondisi sebagai underdog
malah membuat dirinya bekerja dengan asal-asalan. Berulangkali ia berusaha usil
untuk menghambat pekerjaan Lusy, namun sering juga ia kena batunya. Yang paling
fatal adalah ketika Irvine salah memasang foto tersangka teroris yang bernama
Nuki dengan seorang produser film yang juga bernama Nuki. Gara-gara
kecerobohannya itu NewsTV dituntut 5 Milyar oleh pengacara Nuki (produser film)
dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Bukan cuma itu, salah
memasukkan data panelis, salah format video, hingga lalai mengerjakan tugas
untuk event US Election adalah
deretan kecerobohan Irvine yang membuat Mas Junot, supervisor news graphic,
harus geleng-geleng kepala.
Di saat yang bersamaan, Irvine juga sedang mengejar seorang cewek yang
bernama Anastasia Prudence. Prue, begitu cewek cantik berlesung pipi in biasa
disapa, telah membuat Irvine tergila-gila hingga hampir dua tahun lamanya.
Namun selama itu pula Irvine belum juga berhasil menaklukkan hatinya. Padahal,
berbagai jurus telah ia kerahkan. Para sahabatnya, Ferry dan Idrus, heran
kenapa Irvine bisa sedemikian bodohnya hanya untuk menunggu seorang cewek.
Tetapi ketika keduanya bertemu Prue –yang periang dan memiliki mata kecoklatan
yang di dalamnya mengandung simpul semesta dan kepingan kehidupan, barulah
mereka tahu mengapa Irvine bisa sedemikian bodohnya.
Akibat dari seringnya membuat keteledoran, Irvine pun harus kembali ke
kampus hanya dengan membawa nilai C- di atas kertas penilaian magangnya. Sementara
Lusy, saingannya, tak cuma mendapat nilai A, tapi juga berhasil mendapatkan
kesempatan rekruitmen sebagai staf news graphic atas prestasinya selama magang.
Lepas dari NewsTV, Irvine berhasil menyelesaikan Tugas Akhirnya dan menjadi
sarjana. Ia pun kemudian berusaha menjemput mimpinya menjadi seorang mograph.
Berpuluh surat lamaran pun ia kirim ke banyak stasiun TV dan PH.
Delapan bulan lebih ia menunggu, namun panggilan yang
dinanti-nantikannya tak juga datang. Terjepit dengan kebutuhan hidup, akhirnya
Irvine mengambil pekerjaan seadanya, yaitu sebagai layouter di sebuah majalah
politik. Berulangkali ia protes kepada Tuhan. Ia merasa bahwa Tuhan, yang
dengan kekuasaannya yang tegak kokoh, seolah enggan membukakan jalan untuknya
sebagai mograph. Namun semakin banyak ia berkeluh kesah, semakin lelah pula
hatinya. Ia pun akhirnya memilih berdamai dengan nasibnya.
Di saat dirinya mulai menjalani hidup dengan ikhlas, perubahan pun mulai
datang. Irvine, yang juga punya hobi menulis blog, tiba-tiba saja mendapat
telepon dari seorang editor yang tertarik menerbitkan tulisan Irvine di blog
menjadi sebuah buku. Dua bulan kemudian buku yang isinya tentang cerita seorang
cewek bernama Anastasia Prudence itu pun terbit. Di luar dugaan, penjualan buku
itu meledak. Berpuluh kali buku itu dicetak ulang hingga akhirnya sukses
diangkat ke layar lebar.
Pesan moral
& kelebihan cerita
Manusia, terutama para
remaja, kerap menggerutu, protes, dan bahkan putus asa ketika cita-cita terasa
sulit untuk diraih. Menyalahkan nasib dan Tuhan pun kerap mereka lakukan
ketimbang mengintrospeksi diri dan melihat kesulitan dari sudut pandang yang
positif.
Novel ini mencoba
mengajak para pembaca remaja untuk selalu melihat kesulitan dari sudut pandang
berbeda. Untuk melihat bahwa hidup kadang membawa kita pada tikungan arus yang
berbeda. Untuk kasus Irvine, ia ingin mempunyai karya besar yang bisa dikenal
dan dikenang seperti The Beatles. Arus hidup pada akhirnya memang tidak membawa
Irvine menjadi seorang mograph besar sesuai cita-citanya, namun kemudian Irvine
sadar bahwa arus tikungan itu ternyata berakhir pada muara yang sama. Pada
muara itu Irvine sadar bahwa dirinya sudah berada di jalur yang tepat untuk
bisa punya karya besar yang bisa dikenal dan dikenang seperti The Beatles sebagai
seorang penulis.
Dalam hal percintaan,
Irvine juga sadar bahwa arus juga telah membawanya ke tikungan lain. Bukan
Prue, cewek yang sudah ia idam-idamkan selama dua tahun, yang akhirnya bersama
dengannya, melainkan Lusy, cewek yang awalnya sering berselisih dengannya di
tempat magang.
Novel ini adalah kombinasi pengalaman penulis di dunia broadcast dengan fiksi. Penyajian
kalimat yang ringan, penggunaan point of
view orang pertama dan sisipan kalimat filosofis dengan pendekatan komedi
adalah kelebihan novel ini dibanding novel lain.