Senin, 30 Desember 2013

Halo 2014! :)

      Bunyi terompet di tengah malam sontak membuat gue terbangun lantas bengong. Mendadak pikiran gue flashback. Waktu itu ada anak sontoloyo sedang bergelayutan di pintu Metromini sambil bergaya-gaya ngocol dan ngeledekin gue. Waktu itu gue kesel bukan main ngeliat gayanya sembari mulut komat-kamit, nyumpahin tuh anak kesamber tiang listrik. 

      Nggak lama setelah Metromini itu berlalu, gue dengar suara benturan keras disertai bunyi pecahan kaca. Kehebohan pun terjadi, orang-orang yang berada di sekitar mendadak mengerumuni sebuah angkot merah. Gue pun penasaran lalu ikutan nimbrung. Ternyata, si anak sontoloyo barusan baru saja tersambar pintu angkot. Menurut cerita orang-orang, entah bagaimana si sopir angkot tiba-tiba saja membuka pintu tanpa melihat belakang. Di saat bersamaan, sebuah Metromini tempat si anak sontoloyo bergelayutan itu lewat. Alhasil si sontoloyo itu tersambar pintu angkot. Engsel pintu angkot itu lepas dan kacanya pecah berserakan, tapi ajaibnya si anak sontoloyo itu malah cengengesan, bahkan nggak luka satu senti pun. Benar-benar sontoloyo kan?

      Enam bulan kemudian, si sontoloyo yang bernama Idrus ini malah bersahabat dengan gue. Dan bersama teman gue satu lagi, Ferry, kami membentuk geng anak paling culun sedunia.

      Kejadian itu udah berlalu kira-kira lima belas tahun yang lalu, tepatnya tahun 98. Nggak terasa waktu terbang begitu cepat, dan untuk mengabadikan kejadian aneh tersebut beserta adegan-adegan lain sejenis, gue memasukkannya dalam buku terbaru gue, Dear Prudence, yang bakal edar Januari 2014.
   
      Omong-omong soal buku Dear Prudence ini, buku ini adalah pengalaman revisi terpanjang dalam karir kepenulisan gue. Bukan revisi naskah, melainkan judul sama kover! Rencana awalnya, buku ini bakal diberi judul Shout It! Like Beatles. Namun setelah melewati utak-atik dari Pemred Bentang, judulnya sempat berubah jadi Sing It! Like Beatles. Nggak sampai seminggu, judul berubah lagi. Setelah pilih-pilih akhirnya terpilihlah Dear Prudence, diambil dari salah satu lagu The Beatles dan kebetulan nama salah satu tokoh dalam buku itu.

      Revisi kover pun nggak kalah panjangnya. Bahkan di antara desain di bawah ini, gue masih belum tau yang mana yang udah di-approve. -_-"






      Buku lain yang bakal terbit di awal 2014 adalah Nada Dalam Doa. Untuk yang satu ini temanya romantis. Butuh perhatian ekstra pada setiap kata yang gue pilih untuk naskah buku ini. Bahkan untuk mendapatkan satu kalimat romantis, gue sampe harus melahap ratusan lagu romantis di Youtube sembari mewek-mewek.

      Naskah buku ini sendiri sekarang sedang dalam proses editing. Setelah gue merombak 60% isi naskahnya, tuh naskah sepertinya masih teronggok di mejanya Iwied, editor Bukune. Yah, kita tunggu saja kabar revisi berikutnya.

    Yang terakhir, dan yang paling gempar adalah... *dung dang dung dang dung* (ada backsound suara gendang)... 

       MANJALI!










     Seperti yang akan gue bicarakan dengan Bung Fial, editor Bukune yang paling sontoloyo, Manjali seri remaja bakal terbit di 2014. Formatnya masih dirahasiakan, yang pasti semuanya sedang dalam tahap persiapan.

Okelah! Sampai ketemu di 2014 lewat buku-buku gue.

SELAMAT TAHUN BARU 2014!!



Rabu, 06 November 2013

Novel Bulan Desember


Kira-kira empat bulan yang lalu, email gue kedatangan tamu. Tamu itu ternyata dari Bentang Pustaka, sebuah penerbit dari Jogja yang setahu gue adalah bendera tempat bernaungnya buku-buku karya Mbak Dewi 'Dee' Lestari, idola gue. Dalam emailnya, mereka mengaku telah tersesat di blog gue -ya, blog yang lagi lo baca ini, dan nawarin gue ngocol bareng untuk membuat sebuah novel komedi romantis sekaligus inspiratif. Berhubung gue lagi vakum sama Bukune dan gue juga lagi magabut di kantor, akhirnya gue terima tawaran mereka.

Gue sempat mengajukan dua judul, yang pertama tentang dark romance tentang cowok psycho yang mencintai cewek yang sebetulnya nggak pernah ada (rada Manjali banget), dan yang kedua tentang perjuangan seorang pemuda penggemar The Beatles dalam meraih cita-citanya sebagai Motion Designer. Berhubung editornya berjilbab jadinya judul yang pertama pun nggak lolos -tapi kayanya nggak ada hubungannya antara editor berjilbab dengan nggak lolosnya tema dark. Gue lebih yakin, nggak lolosnya tema ini dikarenakan editornya khawatir akan efek yang bakal terjadi kepada para pembaca mereka (bercermin pada para Manjalians yang telah berubah ganas dan beringas setelah membaca buku bertema dark seperti Manjali). 

Dan mungkin gara-gara gaya bahasa gue dalam email balasan yang mirip kenek Kopaja -maksud hati ngomong halus, tapi kedengaran seperti mengancam dan ngajak berantem, akhirnya si editor terpaksa meloloskan  tema yang kedua.

Oke, dari pada melantur mendingan gue langsung bocorin sinopsisnya.

Dalam buku ini dikisahkan seorang mahasiswa bernama Irvine Suherman, seorang Beatlemania, yang sedang merintis jalannya untuk menjadi seorang Motion Graphic (Mograph) Designer besar, yang memiliki karya-karya abadi. Seperti The Beatles.

Suatu hari di semester tujuh, ia sangat bersemangat sebab salah satu televisi swasta memberinya kesempatan bekerja sebagai karyawan magang selama enam bulan. Pintu menuju cita-citanya menjadi seorang Mograph Designer ternama pun seolah terbuka lebar.

Namun dengan sifat dasar yang dimilikinya –moody, pecicilan, dan sering hilang fokus, membuatnya kesulitan untuk menyelesaikan dengan baik setiap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Gara-gara saking seringnya ia melakukan kesalahan, ia pun kesulitan untuk mendapat kepercayaan dari bosnya. Puncaknya, gara-gara nongkrongin gebetannya dugem hingga pagi, ia lalai mengerjakan tugas penting untuk event US Election. Bosnya marah besar, dan gara-gara itu Irvine harus puas kembali ke kampus dengan membawa nilai mata kuliah magang dengan nilai D.


Selepas lulus, ia mengirim puluhan lamaran ke berbagai stasiun TV sebagai Mograph Designer. Berbulan-bulan ia menunggu, namun tak satu pun ada kabar baik yang mampir. Kondisi dompet yang asma akhirnya memaksanya mengambil pekerjaan apa pun yang ada. Ia pun menjadi seorang layouter di sebuah majalah politik.

Selama bekerja di sana, ia tetap mencoba mengirim lamaran sebagai Mograph. Tak hanya ke stasiun TV, melainkan ke banyak PH dan studio animasi. Namun tetap saja tak satu pun dari lamaran itu yang menjadi kabar baik baginya. Ia lantas mulai frustasi, dalam hati ia protes kepada Tuhan, yang dengan kekuasaanNya yang tegak kukuh, justru seolah enggan mengabulkan cita-citanya. Semakin keras ia mencoba, seolah semakin jauh pula jarak cita-cita itu. Ia pun pasrah dan mulai melupakan mimpinya untuk bisa menghasilkan karya yang bisa dikenal, disukai, bahkan abadi seperti The Beatles.

Pada suatu pagi yang cerah, Irvine tersentak, ia sadar bahwa dirinya ternyata telah salah karena memprotes keputusan Tuhan yang tak mengabulkan cita-citanya sebagai Mograph Designer. Bukan tak mengabulkan, melainkan Tuhan hanya membelokkan arus hidupnya ke tikungan lain, dan kini ia sadar bahwa dirinya telah tiba di muara yang sama sesuai cita-citanya: bisa menghasilkan karya yang bisa dikenal, disukai, bahkan abadi seperti The Beatles walau bukan sebagai Mograph Designer.

Selain bercerita tentang perjuangan Irvine dalam meraih cita-cita, buku ini juga banyak memberi tips, misalnya: cara-cara mencentang kolom absen di kampus, tips pedekate sembarangan ala Irvine, the ugly truth soal cewek idaman para cowok, dan lain-lain.

Jadi, buku ke-7 gue ini sudah bisa mulai kalian curi di toko buku pada Desember 2013. Ayo siapin taktik dari sekarang supaya terhindar dari sergapan satpam mall!




    

Minggu, 05 Mei 2013

#KepoinPenulis: Dannie Faizal


Yeay, ini dia video interaktif yang dibikinin sama Bukune akhirnya tayang di Youtube.

Sebulan yang lalu, kira-kira tanggal 9 April, gue diundang ke kandangnya Bukune buat bikin video dalam rangka program #KepoinPenulis. Gue datang tentunya dengan langkah sotoy,  muka pede yang berlebihan, dan tanpa persiapan. Jelas aja gue pede sebab gue pikir ngomong di depan kamera nggak bakal susah, mirip kaya presentasi aja. Apalagi gue udah sering banget ngeliat para presenter Metro TV beraksi di depan kamera, jadi sedikit banyaknya gue udah belajar mengenai gestur dan artikulasi.

Gila, ternyata ngomong depan kamera nggak segampang yang gue bayangkan! Akibat kesotoyan gue ini, beberapa tim Bukune kena getahnya. Mereka jadi pada pegel nungguin gue yang terus-terusan mengulang banyak adegan akibat terlalu gugup, artikulasi keserimpet, sampe gemetaran. Alhasil, untuk take video yang durasinya cuma 6 menit ini, gue menghabiskan waktu sampe dua jam.

Hahaha, akhirnya video ini kelar juga diedit dan beberapa scene yang salah justru dijadiin bahan becandaan sama si Didit, editor videonya Bukune. Salut! Gue bahkan dibuat muak melihat muka gue sendiri :D

Rabu, 01 Mei 2013

Launching Setahun Berkisah



      Aneh. Bukannya seharusnya yang punya acara yang pusing mikirin baju dan penampilan? Tapi yang terjadi hari Minggu kemarin justru kebalikannya. Pacar gue yang gue minta buat nemenin ke acara launching-nya buku Setahun Berkisah, justru jumpalitan milih pakaian yang cocok.

      Pagi-pagi, seperti biasa gue telponan sama dia. Dari nada bicaranya gue udah tau kalo dia lagi gusar. Gue pikir dia abis berantem sama kakaknya atau apa. Ternyata dia lagi ribet pilih-pilih baju. "Simpel aja, pake jins sama kaos juga nggak apa-apa." Begitu kata gue singkat. Tapi kalimat singkat itu ternyata jadi ruwet. Kata-kata 'simpel, jins, dan kaos' yang gue maksud ternyata berbeda dengan yang ada di pikirannya. Biasa, hal ini sering terjadi dalam hubungan gue sama dia. Gue selalu menganggapnya santai. Gue justru malah seneng, berarti dia tipe cewek yang sangat perhatian sama penampilannya. Bagi gue, itu adalah salah satu hal yang sangat penting dari seorang cewek. Penampilan.

      Acara ribet-ribet pilih baju ini ternyata masih berlanjut sampe gue tiba di rumahnya. Gue nunggu setengah jam di sana. Jam sudah menunjukkan pukul 13.30, para penulis Setahun Berkisah seharusnya kumpul pukul 14.00. Gue santai, telat dikit engga apa-apa, pikir gue. Tapi yang panik malah kebalikannya. Gue cuma tersenyum dan meyakinkan dia kalo semua baik-baik aja dan nggak apa-apa kalau sedikit terlambat. Dan benar, sesampainya di Sere Manis, para penulis yang lain justru datang lebih telat.

Ini dia para penulis (minus Dilla)
     Acara akhirnya dimulai pukul 15.00. Pembawa acaranya ternyata si Edo, editor Bukune yang baru. Gue nggak nyangka, pertama kali gue ketemu dia waktu kumpul penulis di Senayan, orangnya pendiam banget. Gue sempet mikir nih orang pasti ansos. Ternyata... waktu bawain acara dia bawel dan luwes banget! Emang kita - lebih tepatnya gue, sering salah ngartiin orang pendiam, dikira dia sombong, ansos, autis, psycho, dan lain-lain. Untungnya si Edo bukan pendiam yang ternyata orang psycho dan suka nyilet-nyilet tangannya di ujung ruangan gelap. Kalo ia, berarti gue punya saingan, hahaha....

      Acara bincang-bincang penulis terasa sangat santai, lebih banyak bercanda ketimbang serius.
Diskusi para penulis
Padahal tema bukunya adalah cinta-cintaan serius. Dari obrolan itu gue juga jadi tahu kalo gue ternyata satu-satunya stranger di antara ke-8 penulis lain. Mereka semua sudah saling kenal dan berteman sejak lama. Cuma gue satu-satunya cabutan. Gue dicabut gara-gara di buku Setahun Berkisah ada tema Halloween. Menurut mereka, terutama Fial, editor senior Bukune, gue cocok menulis tema itu. Sebab gue berpengalaman menulis cerita Manjali yang suram, sadis, dan seram. Sialan, berarti cap diri gue yang 'psycho-suram' udah melekat banget di benak semua orang. Selain itu, gue juga satu-satunya yang bukan buzzer twitter. Gue adalah penulis yang paling anteng di twitter.

Sotoy banget gaya gue
      Acara kemudian ditutup dengan sesi penandatanganan buku. Weits, ini bagian yang paling gue suka, sebab gue jadi berasa artis: dimintai tanda tangan plus foto bareng. Kampungan banget ya gue. Untungnya gue nggak jadi gugup dan melakukan tindakan yang aneh-aneh saat sesi foto bareng, misalnya tiba-tiba gue pipis di celana atau tiba-tiba terserang kram leher.

      Ada satu hal lagi yang bikin gue semangat, ketika gue sedang ngobrol-ngobrol sama tim Bukune, gue dapet tawaran buat nulis Peter Pan Syndrome. Cerita tentang permasalahan klasikpara cowok
Pose bersama Manjalians nyasar
di seluruh dunia, yaitu pendewasaan. Gue merasa nggak bakal kesulitan buat nulis ini karena gue sendiri pernah mengalami ini: berperang melawan diri sendiri untuk mencapai kedewasaan. Jadi, setelah maraton nulis dua stok novel roman gue selesai, gue langsung garap buku ini.

Ok, siap-siap tunggu novel gue berikutnya ya. Novel roman dan Peter Pan Syndrome!

01/05/2013
Dannie Faizal
Para penulis dan tim Bukune
Halloween, ini dia cerita gue.

Kamis, 18 April 2013

Setahun Berkisah Terbit!!

Ini dia anak ke-6 gue!
Kali ini gue berkesempatan berkolaborasi dengan buzzer-buzzer Twitter kelas kakap Indonesia nih. Buku ini berisi tentang 8 novel pendek tentang cinta, pada 8 hari raya, dan diceritakan oleh 8 penulis. Ada Wira Triasmara, Roy Saputra, Anita Prabowo, Maradilla Syachridar (yg ini ternyata juga komikus lho), Pribadi Pranata, Faizal Reza, Twelvi Febrina, dan gue sendiri Dannie Faizal.

Gue sendiri kebagian tema Halloween. Sebenernya agak bingung juga sih waktu gue diminta buat nulis tema ini, gue kan nggak pernah ngerayain Halloween. Kalo main jelangkung-jelangkungan sih pernah. Itu pun waktu SD, gue udah lupa ceritanya. Alhasil gue pontang-panting sana-sini nanya ke teman-teman yang punya pengalaman unik seputar Halloween. Setelah cerita terkumpul, gue lalu menggabungkan cerita-cerita temen-temen gue itu menjadi satu cerita utuh. Dan hasilnya? Cerita cinta yang gue tulis jadi berbau misteri dan suram. Yah, masih nggak jauh-jauh deh dari karakter gue dan Manjali.
Jadi, penasaran nggak? Kalo penasaran buruan curi bukunya di toko buku terdekat. Ingat, beli sebelum Prabowo jadi presiden ya, tar buku-buku gue pasti dibredel. Hehee...

NB: Jangan lupa dateng n rusuhin launchingnya 'Setahun Berkisah' ya, Di Seremanis, Minggu, 28 April 2013, pukul 14.30. “Mari duduk bersama, membicarkan kisahku, kisahmu dan kisah kita”
Dannie Faizal


Sinopsis Buku: 

Aku mau tidak usah terlalu takut pada akhir dari sesuatu, tak peduli betapa besar dan berharganya sesuatu itu untukku, karena setiap akhir dari sesuatu adalah awal yang baru. Aku mau tidak takut pada kemungkinan-kemungkinan pada masa depan. Aku mau tidak takut memulai kembali. Aku mau jatuh cinta lagi. Hari ini mengajarkanku tentang semua itu. selamat Tahun Baru.

Tunjukkan dan rasakan cinta setiap hari, begitu katanya. Tidak peduli pada hari apa, musim apa, kamu selalu bisa merayakannya. Setahun Berkisah berisi delapan pencerita. Dengan keunikan tiap hari raya, latar belakang dan sudut pandang pencerita yang unik, kamu akan ikut dibawa merayakan cinta dengan banyak cara.

Ada banyak cinta pada musim-musim ini. Cinta yang mengharapkan banyak hoki dan peruntungan ketika imlek, cinta yang menunjukkan banyak wajahnya pada Hari Kasih Sayang-Valentine-cinta berselimutkan misteri dalam seramnya suasana Hallowen, sampai cinta yang menemui akhir sekaligus memulai barunya di pergantian tahun.

Rayakan hari ini, karena besok selalu menjadi hari baru, mungkin pula, cinta yang baru.

Minggu, 24 Maret 2013

Proses Kelahiran Manjali


Dua tahun yang lalu ketika gue lagi leyeh-leyeh magabut (makan gaji buta) di ruangan kerja gue, salah satu temen gue nunjukkin video yang dia download dari Youtube. Video itu adalah seri Happy Tree Friends (HTF). Buat yang belum tau, HTF adalah kartun hewan-hewan unyu tapi sadis. Pada tiap adegannya dipertontonkan adegan sadis secara vulgar dan detail.

Gue yang waktu itu lagi bosen abis sama suasana dan kerjaan kantor yang begitu-begitu aja, luar biasa senangnya ditunjukkin kartun HTF. Sebelumnya gue udah pernah nonton HTF di salah satu saluran TV swasta, tapi baru sekarang nonton versi lengkapnya. Entah kenapa setelah nonton itu, gue hepi. Kadar kebahagiaan gue mungkin kaya bocah SD yang baru aja ditunjukkin majalah stensilan sama kakaknya.

Malamnya, gue coba buka lagi file video HTF yang gue copy dari temen gue dan perasaan senang berlebihan itu ternyata masih terjadi. Gue jelas takut, jangan-jangan sebenarnya gue mengidap Sadistic Personality Disorder alias pengindap perilaku menyimpang berupa menyenangi hal-hal sadis. Untuk membuktikannya, gue coba nonton film SAW III yang gue pinjem dari adik gue. Hasilnya, selama nonton film itu gue ngerasa ngeri, merinding, berkeringat, dan belingsatan nggak jelas. Gue lega, karena gue ternyata nggak mengidap perilaku menyimpang. Tapi entah kenapa kalo adegan sadis berbentuk kartun, gue suka. Apalagi yang unyu-unyu kaya HTF.

Berangkat dari pengalaman ini, maka gue tertarik untuk membuat kartun lucu yang sadis. Gue pernah coba gambar sendiri, warnain, terus animasikan di After Effect. Tapi hasilnya, gue super capek karena harus ngerjain semuanya sendirian. Nggak praktis, pikir gue. Apalagi gue harus kerja kantoran sembilan jam sehari, bahkan kadang harus lembur. Gue nggak punya waktu sama sekali buat bikin animasi kaya HTF.

Akhirnya gue memutuskan untuk melampiaskan hasrat sadis-unyu melalui media komik, walaupun gue belum pernah bikin komik sepanjang hidup gue.

Langkah awal yang gue lakukan adalah menciptakan satu tokoh yang karakter dan sifatnya kuat. Yang ada dipikiran gue saat itu: tokoh ini harus unyu, harus polos-cenderung bego, berkepribadian ganda, dan harus cewek.

Langkah kedua, gue menentukan penampilan si tokoh utama ini. Berhubung gue udah menentukan si tokoh utama ini adalah cewek, maka penampilannya pun harus unyu dan walaupun sifatnya polos cenderung bego, tapi jangan terkesan idiot (yang matanya juling, bibir memble, gigi bawah ngetril, dan ingus beleleran). Penampilannya juga harus cantik biar menipu pembaca. Gaya berpakaiannya juga harus simpel dan harus memakai baju warna ungu (entah kenapa harus ungu, padahal gue sendiri adalah penggila warna merah).

Langkah ketiga adalah menentukan nama si tokoh utama. Gue suka nama-nama cerita legenda Indonesia. Sempat kepikiran untuk pake nama Kadhita Ratna Suwinda (nama aslinya Nyi Roro Kidul) tapi akhirnya gue urungkan sebab Nyi Roro Kidul sukanya pake baju hijau, kalau gue pakein warna ungu gue takut nantinya bakal dihantui beliau sepanjang hidup gue (konyol kan alasannya?). Setelah mengumpulkan beberapa nama wanita dari legenda cerita Jawa, akhirnya gue memutuskan pake nama Nina Manjali, yang diambil dan gue rubah dikit dari nama Ratna Manggali (baca: Manjali) yang tak lain adalah putri dari ratu santet terkenal yaitu Calonarang. Bagi yang belum tau, Calonarang itu adalah wanita penebar santet di kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Airlangga. Ya sudah, gue nggak mau cerita panjang lebar soal Calonarang, kalo lo semua penasaran bisa baca sendiri di Wikipedia.

Langkah keempat adalah menentukan karakter lain sebagai pendukung cerita Manjali. Karakter-karakter yang gue butuhkan antara lain: pertama, karakter korban derita yang di setiap ceritanya bolak-balik mati. Kedua, gue butuh karakter sombong yang di setiap cerita bakal jadi sasaran sindiran. Ketiga, gue butuh karakter yang serupa dengan Manjali tapi jenis kelaminnya berbeda. Kelima, gue butuh karakter jenius yang selalu mencipta alat-alat aneh yang ujung-ujungnya tuh alat bikin semua orang sial. Dari sini gue berhasil menciptakan Muluk si bego yang selalu sial dan mati di setiap certita, Basrie yang merupakan cerminan pejabat Indonesia, Saladin si karakter sadis selain Manjali, dan Om Profesor si jenius.

Langkah kelima gue butuh karakter tempelan dan setting. Karakter tempelan gue butuhkan untuk memperkuat setting, walau karakter ini dibuang atau tidak diikutsertakan dalam cerita namun nggak mempengaruhi jalan cerita. Berhubung gue mengambil setting cerita Manjali si anak korban malpraktek yang akhirnya hidup di kuburan, maka gue memilih Pongki si pocong, Dayang si Kuntilanak, Eyang si penjaga makam, dan Eyang Dukun si dukun amatiran sebagai karakter tempelan.

Langkah keenam gue menentukan konsep cerita. Seperti yang udah gue sebutkan sebelumnya, inspirasi utama gue adalah HTF. Jadi gue pengin konsep ceritanya unyu-sadis kaya HTF, tapi gue nggak mau niru plek-plek abis dari situ. Selain itu gue juga pengin menyisipkan sindiran sosial dan politik Indonesia di setiap cerita Manjali. Gue berpikir panjang dan menghabiskan sebagian besar waktu pada proses ini. Penggodokkan, uji coba cerita, sampe begadang semaleman gue lakukan untuk dapet konsep cerita. Bahkan untuk mendalami cerita konyol gila dan sadis gue sampe harus berani bertingkah di luar kebiasaan gue (gue nggak akan sebutin kelakuan apa yang gue lakukan, takut jadi contoh buruk buat lo semua).

Setelah semua siap, langkah terakhir gue adalah menentukan style gambar. Berhubung sepanjang hidup gue cuma baca komik Doraemon dan nggak suka baca komik lain, akhirnya gue menentukan gaya sendiri. Agak beresiko sih karena pasti pecinta komik bakal lebih gampang nerima gaya gambar yang mirip komik idola mereka. Tapi gue ambil resiko ini, asumsi gue gaya baru mungkin bakal memberi seuatu yang segar. Singkat cerita akhirnya gue ambil gaya paling simpel, penyok-penyok, dan anti penggaris. Alasannya sederhana: gue males gambar yang ribet-ribet karena gue sibuk. Hasilnya, gue bersyukur karena banyak orang bilang gaya gambar komik Manjali unik dan baru.

Jangan pernah berpikir bahwa menciptakan satu karakter itu instan, simpel, dan gampang. Gue juga nggak bilang susah, tapi prosesnya panjang. Untuk melakukan ini semua gue membutuhkan waktu kurang lebih empat bulan. Setelah itu Manjali siap gue publish di blog. Setelah gue publish di blog inilah semua berlanjut panjang. Suatu siang, di saat gue lagi tidur siang (waktu itu gue lagi dapat shift malam), seorang editor bernama Aan menelepon gue. Dia bilang tertarik sama cerita Manjali dan ingin menerbitkannya dalam bentuk buku. Singkat cerita, Manjali diterbitkan dan gue bersyukur sambutan pembaca cukup bagus hingga diteruskan sampai empat buku – termasuk versi novelnya.

Untuk proses dari Manjali di-publish ke blog hingga diterbitkan jangka waktunya kira-kira tiga bulan. Gue beruntung, karena proses gue menuju pintu penerbit nggak sepanjang komikus lain. Maka dari itu untuk proses ini gue nggak bisa berbagi tips. Siapa sih yang bisa menjelaskan keberuntungan?

Oke, itulah penjelasan singkat bagaimana gue mencipta Manjali hingga bisa diterbitkan. Selebihnya tergantung pribadi masing-masing untuk berkembang dan terus survive di tengah persaingan industri kreatif yang cepat. Lain waktu gue akan sharing tips dan proses gue membuat novel.

Untuk informasi lebih lanjut, bisa tanya gue langsung lewat twitter: @danniefaizal, FB: Manjali The Lousy Sinner, Instagram: Dannie_faizal, dan email: dannie.faizal@gmail.com. Oke, Tetap semangat dan kreatif!

-Dannie Faizal-

Sabtu, 02 Maret 2013

Coretan Gue Jaman Dulu

Gue barusan ngubek-ubek file lama dan nemu gambar-gambar tangan gue jaman dulu. Daripada kesimpen di hardisk doang mendingan gambar-gambar ini gue posting aja di blog. Siapa tau lo semua bisa cela-cela gambar gue hehee...











 

Publisher

banner bukune.com

Nina's Best Friend

banner komikoo.com